Hidup Harmoni Bersama Alam

Poros Nusantara Utama (PNU), melalui salah satu unit bisnisnya yaitu Poros Nusantara Utama Jawa Barat (Poros Jabar) bersama anggota petani mengutamakan kehidupan yang harmoni bersama dengan alam sekitar tempat hidupnya.

Mengupayakan pengolahan alam secara alami tanpa memaksakan penggunaan pestisida dan tanpa pupuk kimia, sehingga akan menghasilkan produk bermutu yang sehat untuk dikonsumsi.

Poros Jabar merupakan badan usaha milik Perkumpulan Telapak yang beroperasi di teritorial Jawa Barat.

Sampai saat ini, Poros Jabar menjalani usahanya dengan bekerjasama dengan kelompok-kelompok tani yang berlokasi di kawasan Taman Nasional Gede – Pangrango dan Taman Nasional Halimun – Salak.

Sejak tahun 2006, Poros Jabar mencoba membantu kelompok tani dalam memasarkan produknya supaya tercipta kemandirian secara ekonomi.

Kerjasama pendampingan dilakukan dengan tujuan para petani dalam melakukan pemasaran produknya dapat dilakukan tidak secara individual lagi yang dapat menyebabkan tengkulak dapat memainkan harga di tingkat petani.

Selain itu, diharapkan kendala yang dimiliki para petani, seperti produktivitas yang rendah, permodalan dan teknologi paska panen yang minim, serta akses informasi pasar yang terbatas dapat diatasi dengan bekerjasama dengan Poros Jabar, yang diharapkan nantinya para petani menjadi mandiri dan memiliki kemampuan/daya tawar yang baik.


Bersama Perkumpulan Telapak, Poros Jabar mendampingi kelompok tani melalui pembangunan kelembagaan ekonomi yang adil dan transparan dalam bentuk sebuah koperasi. Selain itu, diharapkan dengan adanya koperasi maka akan terbangun kapasitas setiap petani dalam melakukan perencanaan produksi bersama, serta memperbaiki sistem pengolahan paska panen sehingga mendapatkan standar kualitas produk yang maksimal.






10 November 2008

Masyarakata Ciwaluh Menjalin Kerjasama Dengan Balai Taman Nasional Gn. Gede - Pangrango

Bagian 2

Hari Rabu, 13 Agustus 2008 merupakan hari bersejarah bagi masyarakat kampung Ciwaluh. Pada hari itu, bertempat di Kantor Balai Taman Nasional – Cibodas Bogor, telah diadakan pertemuan antara perwakilan masyarakat Ciwaluh dan Kepala Balai Taman Nasional Gn. Gede - Pangrango. Dalam pertemuan tersebut masyarakat Ciwaluh didampingi oleh Perkumpulan Telapak – Bogor.

Inti pertemuan adalah membicarakan kerjasama pengelolaan areal kehutanan yang berlokasi dan berbatasan langsung dengan perkampungan masyarakat Ciwaluh. Masyarakat Ciwaluh berjanji akan senantiasa menjaga kelestarian hutan, namun meminta pihak Balai Taman Nasional mengijinkan mereka menanam pohon-pohan tanaman obat seperti Kumis Kucing, Kapulaga, Jahe, Temulawak, Rosella, dll secara tumpang sari di areal hutan.

Pihak Taman Nasional secara prinsip menyatakan persetujuan mereka. Bahkan masyarakat diperbolehkan melakukan penanaman di lahan-lahan kehutanan yang rusak dengan jenis tanaman kayu yang bisa dimanfaatkan oleh masyarakat, terutama tanaman buah-buahan yang telah ada di areal kehutanan sebelumnya. Jenis pohon tersebut diantaranya adalah Durian, Rambutan, Kopi hutan, Nangka, Cempedak, Kaweni, Alpokat, Jambu air dan Sirsat.
Dengan penanaman jenis pohon tersebut selain hutan akan terpelihara, dalam jangka panjang masyarakat dapat memanfaatkan hasil buah-buahan sebagai tambahan pendapatan mereka.

Bapak Bambang.....kepala Balai Taman Nasional mengharapkan pertemuan ini dapat segera ditindak lanjuti dengan rencana kerja yang kongrit. Beliau menginstruksikan kepada Kepala Bidang Wilayah , Kepala Seksi dan Kepala Resort untuk membantu kelancaran proses kerjasama ini sehingga MOU segera dapat dibuat dan ditandatangani.

Sebagai tindak lanjut dari pertemuan tersebut pada hari Jum at, tanggal 22 Agustus 2008 Kepala Bidang Balai Taman Nasional Wilayah Bogor , bapak Ir. Hariyanto beserta jajarannya melakukan kunjungan lapangan. Mereka ingin melihat secara langsung aktivitas kegiatan masyarakat kampung Ciwaluh. Mereka ingin mengetahui kebenaran berita bahwa masyarakat Ciwaluh telah menjaga dan memelihara hutan yang berbatasan dengan kampung mereka.
Setelah melihat langsung ke lapangan dan melihat bahwa hutan masih terjaga utuh, mereka percaya bahwa masyarakat Ciwaluh benar-benar telah menjaga hutan di kampung mereka. Mereka berjanji akan segera menginformasikan hal tersebut kepada Kepala Balai.

Bersamaan dengan kunjungan lapangan, dilakukan pula dialog bersama masyarakat kampung Ciwaluh. Dalam dialog bapak Hariyanto memberi kesempatan kepada masyarakat untuk menanyakan segala sesuatu yang belum mereka ketahui mengenai peraturan kehutanan, khususnya mengenai Taman Nasional.
Seperti telah diketahui bersama bahwa dahulu areal hutan yang berbatasan langsung dengan kampung Ciwaluh adalah kawasan hutan produksi yang dikelola oleh Perhutani. Semenjak tahun 2003, seluduh kawasan tersebut diubah fungsinya menjadi kawasan konservasi, menyatu dengan Taman Nasional Gn. Gede – Pangrango. Tentu saja tujuan pengelolaan menjadi sangat berbeda.

Dalam dialog muncul keinginan masyarakat untuk diijinkan menanam pohon-pohon kayu untuk keperluan kayu bakar dan keperluan membangun rumah. Masyarakat juga mengusulkan untuk melakukan penanaman pepohonan di arela hutan yag saat ini rusak. Luasnya sekitar 20 hektar. Usulan tersebut diterima oleh bapak Hariyanto dan akan diteruskan segera kepada bapak Kepala Balai.

Pertemuan diakhiri dengan penjadwalan pertemuan berikutnya untuk membicarakan penyusunan draf perjanjian kerjasama. Dalam pertemuan lanjutan, masing-masing pihak mengajukan draf usulan dan mendiskusikan point-point apa saja bisa dimasukkan dan mana yang tidak bisa dimasukkan di dalam kerjasama. Dalam penyusunan draf kerjasama serta diskusi dengan pihak Balai Taman Nasional, masyarakat Ciwaluh akan didampingi oleh Perkumpulan Telapak.


Bersambung ke bagian 3

Artikel oleh : Hendaru Djumantoro




Tanaman Obat Jawa Barat bersama Telapak bekerja dikampung Ciwaluh, didukung oleh HPSP (Holticultura Partnership Support Programme) dan Japan Enveronmental Education Forum (JEFF)

No comments: