Kemiskinan yang melilit masyarakat Nangela selain disebabkan karena infrastruktur jalan yang tidak memadai juga belum ada produk yang menonjol yang dapat diandalkan oleh masyarakat Nangela. Produk yang dihasilkan kebanyakan adalah padi. Hasilnya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari. Sebagian kelebihan dijual untuk ditukar dengan kebutuhan hidup lain.
Melihat kondisi tersebut seolah tidak ada yang bisa diharapkan dari kampung ini. Demikianlah anggapan sebagian besar masyarakat sekitar dan juga pemerintah atas masyarakat Nangela. Namun jika ditelisik lebih ke dalam ternyata berbagai potensi alam masih sangat menjanjikan.
Dikelilingi oleh areal hutan, kampung ini sangat elok dan subur. Air yang melimpah dari sumber mata air pegunungan membuat mereka tidak pernah kekurangan air di musim kemarau dan dapat menanam padi sepanjang tahun.
Hasil kebun lain adalah kayu sengon (Paraseriantes sp.), gula aren, kapulaga dan pisang. Potensi yang tidak sangat penting, bahkan tidak ternilai harganya adalah kekompakan masyarakat dan panutan mereka kepada seorang pemimpin. Kelembagaan informal masyarakat yang kuat ini merupakan modal penting. Tinggal bagaimana mengarahkan semua potensi ini untuk menuju ke arah perbaikan.
Baru-baru ini masyarakat Nangela berinisiatif untuk bergabung dalam wadah Koperasi Tanaman Obat dan Rempah Jawa Barat. Seperti telah diketahui koperasi ini telah cukup lama berkecimpung di dalam budidaya tanaman obat-obatan bersama banyak petani di sekitar Taman Nasional Halimun Salak dan Gede Pangrango. Semangat dan antusiasme yang tercermin dari masyarakat Nangela disambut baik oleh pengurus koperasi. Pertemuan demi pertemuan mulai rutin dilakukan.
Rencana pertama adalah memasyarakatkan tata cara hidup organik dan bertani organik. Rencana ini dikonritkan dengan pembentukan kelompok koperasi sebagi sub dari koperasi Primer Karyasari. Kegiatan dimulai dengan budi daya tanaman Kumis Kucing. Namun ke depan pertanian organik akan diarahkan kepada semua produk yang dihasilkan oleh masyarakat Nangela termasuk padi.
Lahan budi daya Kumis Kucing seluas 7 hektar yang ditanam oleh 40 petani. Sesunguhnya masih banyak petani yang berkeinginan menanam. Namun karena keterbatasan bibit, tidak semua petani mendapatkan bibit Kumis Kucing. Diharapkan dalam waktu dekat pada saat memasuki musim hujan, kebutuhan bibit dapat terpenuhi.
Penanaman perdana Kumis Kucing ini diharapkan akan mulai dipanen pada bulan Desember 2008 atau Januari 2009. Dengan bergabungnya kampung Nangela, bertambahlah lokasi budidaya Kumis Kucing Organik oleh petani yang tergabung dalam Koperasi Tanaman Obat dan Rempah Jawa Barat. Mudah-mudahan semangat ber - Organik akan semakin tumbuh dan berkembang di kampung-kampung lainnya.
Tanaman Obat Jawa Barat bersama Telapak bekerja dikampung Nangela, didukung oleh HPSP (Holticultura Partnership Support Programme) dan Japan Enveronmental Education Forum (JEFF)
No comments:
Post a Comment