Bagi yang pertama kali berkunjung ke Ciwaluh pasti akan merasakan kengerian sekaligus takjub. Ngeri karena akan melalui jalan yang sempit, terjal, naik turun dan berkelok-kelok dipinggir tebing yang curam, takjub karena di kanan kiri sepanjang perjalanan akan disuguhkan pemandangan yang elok oleh hamparan sawah, gunung dan sungai yang terhampar bak permadani surga.
Ciwaluh berpenduduk sekitar 500 jiwa terdiri atas 77 KK, terbagi dalam 2 RT dan 1 RW. Penghasilan utama masyarakat adalah pertanian padi dan Kumis Kucing. Padi ditanam untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri, sementara Kumis Kucing dijual ke luar. Penghasilan dari Kumis Kucing dipergunakan untuk membeli kebutuhan rumah tangga seperti lauk pauk, sandang dan kebutuhan lainnya. Beberapa dari masyarakat juga menanam kopi. Luas kampung ini 85 Ha. Sekitar 15 Ha adalah kebun Kumis Kucing, 15 Ha sawah dan sisanya adalah ladang dan pemukiman.
Kehidupan Ciwaluh sehari-hari sangat jauh dari keramaian. Mereka hidup harmoni dengan alam. Dipinggir kampung mengalir Sungai Ciwaluh yang masih jernih. Sungai ini merupakan Hulu dari Sungai Cisadane dari Gunung Gede. Masyarakat menggunakan sungai untuk keperluan mandi dan mencuci. Selain sungai, Ciwaluh juga kaya akan mata air. Banyak mata air mengalir dari tebing-tebing pinggiran hutan yang mengelilingi kampung mereka. Keadaan ini membuat Ciwaluh tidak pernah kekurangan air sepanjang tahun. Kesuburan ini merupakan anugerah sekaligus berkah atas upaya masyarakat yang selalu menjaga dan melindungi hutan dari kerusakan. Jika kita melihat Ciwaluh, akan tampak hijau dan lebatnya hutan Taman Nasional yang mengelilingi kampung mereka. Hampir sepanjang hari kabut selalu menyelimuti perbukitan Ciwaluh.
Dalam bercocok tanam masyarakat Ciwaluh tidak mengenal pupuk kimia dan pestisida. Praktek ini mereka lakukan sejak turun temurun. Semua pupuk berasal dari kotoran hewan peliharaan dan sisa tumbuh-tumbuhan yang mereka buat kompos. Pengalaman mereka menunjukkan bahwa pupuk buatan sendiri sangat murah dan hasil panen selalu bagus. Demikian juga dengan tanaman Kumis Kucing. Masyarakat Ciwaluh tidak pernah memberi pupuk pabrik maupun pestisida pada Kumis Kucing yang mereka tanam. Kumis Kucing dari Ciwaluh sangat diminati pembeli lokal karena baunya yang harum dan warnanya yang Hijau. Walaupun belum pernah dilakukan tes laboratorium, semua yakin bahwa kualitas Kumis Kucing dari Ciwaluh sangat bagus, lebih bagus dibanding Kumis Kucing dari kampung tetangga yang kebanyakan dipupuk dengan pupuk buatan pabrik. Jika kita menginginkan Kumis Kucing Organik sebagai bahan baku obat-obatan, maka Kumis Kucing Ciwaluh adalah salah satu pilihannya.

Tanaman Obat Jawa Barat bersama Telapak bekerja dikampung Ciwaluh, didukung oleh HPSP (Holticultura Partnership Support Programme) dan Japan Enveronmental Education Forum (JEFF)
No comments:
Post a Comment