Nenas Tapos adalah jenis nenas khas dari Bogor-Jawa Barat. Nenas yang nama latinnya
Bromeliaceae ini di tempat aslinya biasa disebut Nenas Gati.

Nenas Gati terkenal karena rasanya yang manis dan segar walaupun jika dibandingkan dengan nenas jenis lain bentuk fisiknya lebih kecil. Nanas Gati Lapisan kulit luar lebih tipis dan saat matang berwarna kuning cerah. Rasa manis nenas ini sudah mulai terasa pada saat lapisan kulit luar berwarna kuning kehijauan atau setengah matang. Dalam bahasa lokal disebut ”
mengkel”.
Sebenarnya tanaman ini sudah hampir punah, namun pada tahun 1997 mulai dibudidayakan kembali oleh petani di Kampung Tapos desa Sukaharja, Kecamatan Cijeruk, Kabupaten Bogor . Mereka tergabung dalam kelompok tani Lindung Harapan dan beranggotakan 90 keluarga tani. Kampung Tapos berlokasi di kaki gunung Salak, masuk didalam kawasan taman nasional Gunung Halimun – Salak.

Setelah memperoleh ijin memanfaatkan lahan kehutanan oleh Perhutani, kelompok tani ini mulai melakukan penanaman nenas dibawah tegakan pohon di areal hutan secara tumpang sari. Nenas ditanam di kaki guning Salak pada ketinggian antara 700 – 1000 m dpl. Sampai saat ini luas areal nenas yang dikelola telah mencapai sekitar 25 hektar dan telah berkembang bukan hanya di kampung Tapos tetapi juga di kampung lainnya di desa Sukaharja.
Keunikan lain dari nenas Gati dari Tapos ini adalah
ditanam secara alami tanpa menggunakan pupuk kimia dan pestisida. Sehingga nenas ini sangat sehat untuk dikonsumsi. Sementara sejauh ini belum ditemui produk nenas organik yang sengaja dibudidaya secara luas di Indonesia. Saat ini hasil panen nenas mencapai 1 ton per hari pada saat musim panen dan menurun sekitar 300 kg per hari saat tidak musim. Musim panen terjadi pada bulan Januari – Maret dan bulan Juni-Oktober. Diluar bulan tersebut produksi nenas menurun.

Sampai saat ini nenas dijual dalam bentuk curah-segar dipasarkan di pasar lokal di sekitar kota Bogor. Sering kali harga nenas sangat rendah pada saat musim panen sehingga sangat merugikan petani. Pada saat terjadi penurunan produksi harga nenas cukup tinggi, namun petani tidak dapat menikmatinya karena mereka tidak memiliki nenas. Sudah ada inisiatif untuk mengembangkan nenas tersebut menjadi produk olahan seperti selai dan dodol nenas. Namun sejauh ini upaya tersebut belum berhasil menaikan harga secara nyata.
Tanaman Obat Jawa Barat bersama Telapak bekerja dikampung Tapos, didukung oleh HPSP (Holticultura Partnership Support Programme) dan Japan Enveronmental Education Forum (JEFF)
No comments:
Post a Comment